Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TAKABUR

Para insinyur perusahaan kapal, Harland and Wolff, boleh berbangga diri ketika kapal rakitannya resmi selesai pada 31 Maret 1912. Dengan panjang 269 meter, lebar 28,19 meter, dan dilengkapi teknologi termutakhir, kapal ini diciptakan sebagai benda bergerak buatan manusia yang paling besar, megah, dan paling canggih di dunia kala itu.

Keganasan ombak samudra pun disebut tak akan jadi masalah besar. Para penumpang dijanjikan kenyamanan dan keamanan mutlak. Kapal ini begitu sempurna sampai muncul pernyataan legendaris, "Tuhan pun tak akan bisa menenggelamkan kapal ini." 

Sembilan hari setelah perakitan selesai, kapal megah itu akhirnya memulai pelayaran perdananya dari Southampton, Inggris, menuju New York, Amerika Serikat. Kelak, kapal itu diberi nama RMS Titanic.

Namun, keyakinan itu runtuh empat hari kemudian. Di tengah malam berbintang dan lautan tenang, Titanic menabrak gunung es. Lambung kapal robek sepanjang 90 meter. Air laut segera mengalir deras ke dalam lambung kapal. Bencana tak terhindarkan. Tepat pada 15 April 1912 atau 113 tahun lalu, Titanic tenggelam di Samudra Atlantik. Sebanyak 2.208 penumpang terpaksa mengakhiri perjalanan bukan di AS, tetapi di lautan antah berantah.

Dari keseluruhan penumpang, hanya 707 jiwa yang berhasil selamat. Selebihnya, dinyatakan tewas. Ada yang tenggelam bersama kapal di kedalaman 4 kilometer. Ada juga yang membeku perlahan di permukaan laut super dingin.  (sumber : https://www.cnbcindonesia.com)

 

Takabur

Takabbur secara bahasa berasal dari kata “kibr” yang berarti besar. Dalam terminologi Islam, takabbur adalah sikap hati yang merasa dirinya lebih besar, lebih hebat, atau lebih unggul dari orang lain. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran yang artinya,“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. An-Nisa: 36)

Sifat ini membuat seseorang menolak kebenaran dan menganggap dirinya di atas yang lain. Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda yang artinya, “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)

Contoh sikap Takabbur yang tersebut dalam Al-Quran

  1. Iblis – Penolakan iblis untuk sujud kepada Adam merupakan salah satu contoh takabbur yang paling jelas. Allah memerintahkannya, namun ia berkata, “Aku lebih baik darinya; Engkau menciptakanku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Al-A’raf: 12).
  2. Fir’aun – Fir’aun juga merupakan sosok yang sangat sombong. Ia mengklaim dirinya sebagai tuhan dan menolak ajaran Nabi Musa Alaihissalam, hingga akhirnya dia binasa. Allah Ta’ala berfirman, ”Fir’aun berkata: ‘Akulah tuhanmu yang paling tinggi.'” (QS. An-Nazi’at: 24).

Dan Fakta Bencana Kapal Titanic menjadi salah satu bukti faktual sikap takabur manusia. Para perancangnya begitu sombong dengan kecanggihan kapalnya sehingga berujar : "Tuhan pun tak akan bisa menenggelamkan kapal ini."  Allah ta’ala pun memberikan peringatan pada manusia yang sombong dengan menenggelamkan kapal tersebut 13 hari kemudian.

Titanic tenggelam di tengah malam berbintang dan lautan tenang. Tak ada badai dan ombak menghadang. Tidak ada insiden kecelakaan dengan kapal lain. Titanic tenggelam menabrak gunung es.

Menurut Alimuddin Hassan Palawa dari UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Kata “takabbur” berasal dari bahasa Arab yang padanannya dalam bahasa lndonesia secara umum adalah sombong, angkuh. Takabbur adalah salah satu sifat yang paling dibenci oleh Allah. 
Al-Takabbur, merupakan sifat dan sekaligus dosa yang pertama dari tiga dosa yang dimiliki dan dilakukan oleh mahluk Allah, yaitu iblis. Sementara dua dosa lainnya adalah serakah yang dilakukan oleh Adam, dan dosa hasad (iri hati) yang menyebabkan Qabil membunuh Habil. Dengan sifat sombongnya ini Iblis terusir dari surga penuh kehinaan.
Kesombongan dapat timbul disebabkan seseorang merasa memiliki kelebihan dibanding dengan orang lain. Misalnya, kelebihan dalam ilmu, kecantikan, keturunan (asal-usul keluarga), harta benda dan kekayaan serta kekuatan dan kekuasaan. Dengan kata lain, kesombongan dapat bersemayam pada diri (hati) seseorang disebabkan ia memandang dirinya berkecukupan, sehingga ia merasa tidak (lagi) membutuhkan orang lain.
Kelanjutan logisnya, kelebihan yang dimiliki manusia baik fisik maupun non fisik acapkali membuat dirinya, bukan saja tidak membutuhkan orang lain, bahkan kerapkali berbuat sewenang-wenang dan melampaui batas terhadap orang lain. “Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.” (Terj. QS. al-‘Alaq: 6-7).
Sementara dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya,“Tidak akan masuk surga orang yang masih memiliki sikap sombong didalam hatinya walau seberat biji sawi”. Maka ada seorang sahabat yang bertanya pada beliau: ‘Sesungguhnya ada orang yang menyukai kalau pakaianya itu bagus dan sendalnya baru”. Maka Nabi menjawab: “Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. (yang dinamakan) sombong ialah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain“. [HR Muslim no: 91].

Didalam hadits ini Nabi shalallahu alaihi wa sallam menjelaskan, bahwa sombong itu terjadi pada dua hal:

Pertama: Menganggap dirinya lebih besar dari Allah, atau agama atau Rasul-Nya. Seperti anggapan Fir’aun serta orang-orang yang semisal dengannya, yang congkak dan enggan untuk menjadi hamba Allah azza wa jalla.

Kedua: Sombong terhadap makhluk, yaitu meremehkan, merendahkan dan memandang hina orang lain. Dan biasanya hal ini hanya muncul dari kalangan orang-orang yang rendah martabat dan memiliki kekurangan, karena mereka ingin mengganti kekurangannya dengan menampakkan yang memang bukan menjadi bagiannya, sehingga timbul sikap sombong dari mereka.

Al Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata, “Kesombongan yang paling buruk adalah orang yang menyombongkan diri di hadapan manusia dengan ilmunya, merasa dirinya besar dengan kemuliaan yang dia miliki. Padahal Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallam, beliau bersabda,

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. (HR. Muslim no. 91)

 

Khatimah

Sifat takabbur atau sombong adalah salah satu penyakit hati yang sangat berbahaya. Tidak hanya membuat seseorang jauh dari Allah, tetapi juga menghancurkan kehidupan sosial dan menghalangi kebenaran. Sebagai manusia, kita harus selalu mengingat bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan Allah, dan yang berhak untuk sombong hanyalah Allah ta’ala Sang Khaliq. Dengan menjauhi takabbur, kita dapat hidup dalam kerendahan hati, mencintai sesama, dan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Wallahu a’lam bi ashowab.

Posting Komentar untuk "TAKABUR"