Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ar Rahman dan Ar Rahim

Ada dua nama Allah Subhanahu wa ta’ala yang begitu dominan. Kedua nama Allah yang dimaksud adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Salah satu bukti bagaimana nama Ar-Rahman dan Ar-Rahim itu begitu dominan terwujud dalam surat Al-Fatihah ayat pertama: bismillāhir-raḥmānir-raḥīm Artinya: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang 

Apalagi  dalam ajaran Islam lafadz basmalah itu didorong untuk digunakan dalam mengawali beragam amalan kita.  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِـ : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ

Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan ‘bismillahirrahmanir rahiim’, amalan tersebut terputus berkahnya.” (HR. Al-Khatib dalam Al-Jami’, dari jalur Ar-Rahawai dalam Al-Arba’in, As-Subki dalam tabaqathnya)

Tentu di dalam Basmalah ada kata Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Lafaz Ar-Rahman dan Ar-Rahim merupakan sifat Allah ta’ala yang secara pelafazan sudah sangat melekat dengan lisan setiap muslim karena lafaz Ar-Rahman dan Ar-Rahim selalu disebut oleh umat Islam sebanyak 34 kali dalam sehari semalam.

Dalam satu rakaat salat, seseorang akan mengucapkan dua kali lafaz Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Dalam pemaknaannya, lafaz Ar-Rahman dan Ar-Rahim sering dimaknai dengan Maha Pengasih dan Maha Penyayang, secara tersirat dua lafaz tersebut memiliki perbedaan dan persamaan makna yang sangat menarik untuk dibahas.

Dalam Al-Qur’an, lafaz Ar-Rahman terulang sebanyak 57 kali, sedangkan lafaz Ar-Rahim terulang sebanyak 95 kali. Adapun mengenai akar kata dua lafaz tersebut, menurut Ibnu Jarir Al-Thabari dalam tafsirnya bahwa Ar-Rahman mengikuti wazan fa’lan yang berasal dari kata Rahima/Rahmah, sedangkan lafaz Ar-Rahim mengikuti wazan failun dengan akar kata yang sama. Keduanya memiliki akar kata yang sama dalam bahasa arab. Sama-sama memiliki akar yang sama dengan kata Rahmat yang berarti kasih sayang.

Quraish Shihab dalam bukunya Al-Asma Al-Husna: Mengenal Nama-Nama Allah, lebih menjelaskan bahwa dua kata yang seakar, bila berbeda timbangan, pasti mempunyai perbedaan makna. Kata Ar-Rahman memiliki timbangan kata Fa’laan (فَعْلًا) dan biasanya menunjukan kesempurnaan dan kesementaraan. Sedangkan Ar-Rahim memiliki timbangan kata Fa’iil (فَعِيل) yang biasanya menunjukan kesinambungan dan kemantapan.

Oleh karena itu, kata Rahman dipahami sebagai Rahmat Tuhan yang sempurna tapi bersifat sementara dan dicurahkan kepada seluruh makhluk. Berarti Ar-Rahman itu bermakna tentang Rahmat Allah yang menaungi seluruh makhluknya, tanpa memandang mukmin ataupun kafir. Sedangkan sifatnya tidak langgeng atau hanya sementara di dunia.

Sedangkan Ar-Rahim patronnya adalah kemantapan dan kesinambungan, maka ia menunjukan kepada sifat dzat Allah yang memberikan kemantapan nikmatnya yang berkesinambungan. Hanya saja, kemantapan dan kesinambungan nikmat-Nya hanya dapat wujud di akhirat kelak. Di sisi lain, rahmat ukhrawi hanya diraih oleh orang yang taat dan bertakwa.

Kata Rahman dipahami sebagai Rahmat Tuhan yang sempurna tapi bersifat sementara dan dicurahkan kepada seluruh makhluk. Berarti Ar-Rahman itu bermakna tentang Rahmat Allah yang menaungi seluruh makhluk-Nya, tanpa memandang mukmin ataupun kafir. Hal ini terbukti bahwa Allah ta’ala memberikan “fasilitas” yang sama untuk semua makhluq-Nya untuk menikmati kehidupan dunia.

Singa diberi gigi taring yang tajam dan kuat seiring dengan kodratnya sebagai carnivora atau pemakan daging. Ikan diberi insang dan kemampuan berenang sesuai habitatnya yang tinggal di laut. Bunglon juga memiliki kemampuan menyamar yang baik sebagai cara membela atau melindungi diri dari pemangsa. Semua hewan memiliki kelebihannya sendiri sesuai habitat dan kodratnya masing – masing.

Allah ta’ala juga memberikan kesempatan yang sama pada semua manusia, baik yang beriman maupun yang ingkar. Semua manusia berhak menghirup oksigen ciptaan Allah ta’ala secara gratis, menikmati sinar matahari secara bebas tanpa adanya tagihan, dan berbagai fasilitas lainnya.

Allah ta’ala juga memberi kesempatan yang sama pada hamba – hamba-Nya untuk urusan di dunia. Allah melimpahkan kekuasaan pada orang – orang bertaqwa, seperti kekuasaan  bagi Nabi Sulaiman Alaihissalam, Nabi Yusuf Alaihissalam hingga Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam sebagai pemimpin ummat dengan kekuasaan kenegaraan. Demikian pula kekuasaan bagi ummat Nabi Muhammad  yang shalih, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan lain – lain.

Di sisi lain Allah ta’ala juga memberikan kesempatan yang sama bagi hamba  - hamba-Nya yang ingkar, sebagaimana kekuasaan yang diberikan pada Namrudz, Fir’aun maupun hambaNya yang lain di masa kini yang berkuasa di atas bumi padahal tidak beriman pada Allah ta’ala Tuhan Yang Maha Esa.

Hal ini sesuai janji Allah ta’ala :

“Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Terj. QS. Al Imran : 26-27)

Semua itu adalah bagian ujian Allah ta’ala bagi hamba – hamba-Nya.  Allah ta’ala berfirman pada QS Al Balad : 10,  Wa hadaināhun-najdaīn yang artinya Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah ta’ala telah memberinya sepasang mata untuk melihat, Lidah dan dua bibir untuk berkata, Kami jelaskan baginya dua jalan: kebaikan dan keburukan? Bisa dikatakan pula bahwa Tuhannya telah menjelaskan jalan kebaikan dan keburukan, dan membedakan antara keduanya; serta memahamkannya hal yang berbahaya dan yang bermanfaat.

Manusia diberi kesempatan yang sama, anugerah yang sama, petunjuk yang sama. Selanjutnya diberikan kesempatan memilih antara yang haq dan yang batil serta menanggung resiko atas pilihannya sendiri.

Bagi yang memilih jalan sesuai petunjuk Allah ta’ala dan Rasul-Nya, niscaya akan mendapatkan rahmat Allah ta’ala di dunia dan di akhirat. Mendapat Rahman di dunia dan Rahiim di akhirat. Sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya,”Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Baqarah : 25)

 

Khatimah

Sepenggal paparan yang menjelaskan tentang makna Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim sebelumnya, seharusnya mendorong kepada kita untuk lebih beryukur lagi. Dimana kita seorang mukmin itu punya kesempatan lebih dalam meraih kasih sayang Allah ta’ala. Selain mendapatkan Rahman yang sempurna namun sementara di dunia ini, Seorang mukmin juga berkesempatan mendapatkan Rahiim yang nikmatnya mantap dan langgeng diakhirat kelak.

Wallahu a’lam bi ashowab

Posting Komentar untuk "Ar Rahman dan Ar Rahim"