Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TAKWA

Alhamdulillah sudah hampir sepekan ummat Islam memasuki Bulan Ramadhan. Bulan Mulia yang penuh berkah. Bulan disyariatkannya amalan khusus berupa Puasa Ramadhan

Allah ta’ala berfiman Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn yang artinya Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS. Al Baqarah 183)

Melalui ayat ini Allah ta’ala menyeru orang-orang yang beriman dari kalangan umat ini dan memerintahkan kepada mereka melaksanakan ibadah puasa, yaitu menahan diri dari makan minum serta berhubungan intim dengan niat yang ikhlas karena Allah ta’ala. Karena di dalam ibadah puasa terkandung hikmah-hikmah yang besar terhadap pribadi seorang hamba, diantaranya puasa dapat membersihkan Jiwa dan menyucikannya dari segala kotoran hati dan membebaskannya dari akhlak yang tercela.

Seruan Allah ta’ala untuk melaksanakan ibada puasa hanya diperuntukan bagi orang-orang yang beriman, itu karena hanya orang-orang yang mempuanyai keimana saja yang akan mampu melaksanakannya. Ibadah puasa yang tidak didasari keimanan tentu tidak akan bernilai apapun, sebab iman lah yang menjadi pokok utama dalam setiap pelaksanaan ibadah kepada Allah ta’ala.

Melalui ayat ini juga Allah ta’ala memberitahukan kepada umat ini bahwa kewajiban melaksanakan ibadah puasa juga telah diwajibkan kepada umat sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk memberi rasa ringan kepada ummat ini dalam melaksankan kewajiban puasa tersebut, karena ummat sebelum ummat ini pun mereka mampu melaksanakan kewajiban puasa ini.

Mereka menjadi uswah dalam pelaksanaan ibadah puasa ini. Hal ini juga memberi semangat kepada umat ini agar mereka dalam melaksanakan kewajiban puasa ini memaksimalkan diri dalam melaksanakan kewajiban ini sebagaimana umat sebelumnya.

Hikmah dari disyariatkannya ibadah puasa adalah sebagaimana firman Allah ta’ala :

“Agar kalian bertakwa”

Imam Assa’di dalam tafsirnya menyampaikan  bahwa ibadah puasa adalah sebab terbesar munculnya ketaqwaan dalam diri seorang hamba karena didalamnya ada pelaksanakaan perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya.

Para ulama telah mejelaskan apa yang dimaksud dengan taqwa. Imam Ar-Raghib Al-Asfahani mendenifisikan : “Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan”

Sedangkan Imam An-Nawawi mendenifisikan taqwa dengan “Menta’ati perintah dan larangan-Nya”. Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hal itu sebagaimana didefinisikan oleh Imam Al-Jurjani bahwa “ Taqwa yaitu menjaga diri dari siksa Allah dengan menta’ati-Nya. Yakni menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya”

KH Ahmad Ishomudin menulis bahwa secara bahasa, kata " taqwa / التقوى " berarti sedikit bicara/قلة الكلام atau berarti sekat penghalang di antara dua sesuatu/ الحاجز بين الشيئين.

Sedangkan pengertian "taqwa"  menurut istilah adalah, إمتثال أمر الله واجتناب نواهيه "melaksanakan  perintah Allah dan menjauhi larangannya."

Relevansi makna kebahasaan dan istilah dari kata "takwa"  di atas cukup jelas, bahwa
"Seakan orang yang bertaqwa itu menjadikan pelaksanaan terhadap perintah Allah dan penghindaran terhadap apa saja yang dilarang oleh Allah sebagai penghalang, sekat, antara dirinya dengan azab."

Di antara perintah-perintah Allah adalah ikhlas,  sabar, ridla, zuhud, qana'ah, tawakkal, bersyukur kepada pemberi nikmat (Allah), nasehat, mencintai ahli ilmu (alim ulama) dan mempelajari ilmu agama.

Di antara larangan-larangan Allah adalah dendam, iri dengki, berbuat zalim, marah bukan karena Allah, penipuan, kemunafikan, tipu muslihat, sombong dan mengagumi diri sendiri. Jadi, orang yang membangkang perintah Allah serta melakukan apa yang dilarang-Nya, dia bukan termasuk orang-orang yang bertaqwa

Taqwa adalah buah dari keimanan yang mendalam yang melahirkan ketaatan, ibadah, harapan dan ketakutan mutlak kepada sang Pencipta, yakni Allah ta’ala saat menjalankan kehidupan di dunia.  Karakter orang bertaqwa adalah sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 3-5 dan ayat 177 serta surat Ali Imran ayat 133-138.

Pada QS Al Baqarah 3-5 disebutkan, dzâlikal-kitâbu lâ raiba fîh, hudal lil-muttaqîn, alladzîna yu'minûna bil-ghaibi wa yuqîmûnash-shalâta wa mimmâ razaqnâhum yunfiqûn, walladzîna yu'minûna bimâ unzila ilaika wa mâ unzila ming qablik, wa bil-âkhirati hum yûqinûn, ulâ'ika ‘alâ hudam mir rabbihim wa ulâ'ika humul-mufliḫûn

Artinya, (inilah) Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman pada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan (kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Allah ta’ala juga berfirman pada QS Al baqarah 177 yang artinya, “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

 

Khatimah

Takwa pada dasarnya merujuk pada sebuah sikap yang terdiri dari cinta dan takut, yang lebih jelas lagi adalah adanya kesadaran terhadap segala sesuatu atas dirinya dan bahkan merasa hatinya yang paling dalam senantiasa diketahui oleh Allah ta’ala. Sehingga ia senantiasa menjalankan  perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.

Takwa adalah sikap mental yang positif terhadapnya berupa waspada dan mawas diri sedemikian rupa sehingga dapat melaksanakan segenap perintahnya dan menjauhi segala larangannya, sebanyak 232 kata takwa dalam Al-Quran dengan berbagai macam bentuknya. Bahwa kata awal dari takwa adalah pemeliharaan diri, tidak perlu pemeliharaan kecuali terhadap apa yang ia takuti. Yang paling dia takuti adalah Allah ta’ala.

Oleh sebab itu mereka yang berilmu tentang Allah akan takut kepada-Nya, yang takut kepada Allah akan bertakwa kepada-Nya, Muttaqin adalah orang-orang yang memelihara diri mereka dari azab dan kemarahan.

Wallahu a’lam bi ashowab.

Posting Komentar untuk "TAKWA"