BERSIAP MENEMUI RAMADHAN
Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan. Bulan yang penuh rahmat, penuh berkah, dan pengampunan. Bulan mulia yang istimewa di banding bulan-bulan lainnya. Pada bulan Ramadhan nilai ibadah dilipatgandakan, doa-doa dikabulkan, dosa diampuni, pintu surga dibuka, sementara pintu neraka ditutup.
Rasulullah
Shalallahu Alaihi wa Sallam berpesan kepada umatnya ketika bulan Ramadhan
datang sebagaimana hadits yang diriwayatkan an-Nasa’i dari Abu Hurairah, Artinya:”Dari
sahabat Abu Hurairah radliyallahu 'anh beliau berkata, bahwa Rasulullah telah
bersabda: Sungguh telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh
berkah, yang mana pada bulan tersebut Allah swt mewajibkan kalian untuk
berpuasa. Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, sementara pintu-pintu
neraka ditutup serta syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat sebuah
malam yang lebih baik dari seribu bulan” (HR An-Nasa’i).
Ramadhan
tak ubahnya tamu agung yang selalu dinanti-nanti kedatangannya. Oleh karena
itu, kita perlu mempersiapkan diri dalam menyambut bulan Ramadhan yang mulia.
Persiapan itu dibutuhkan agar kita dapat secara maksimal memanfaatkan dan
beribadah di bulan tersebut.
Sebagaimana
jika kita bergembira karena hendak kedatangan tamu yang mulia, kita melakukan
persiapan penyambutan sebaik mungkin. Perencanaan detil mulai dari konsumsi,
dekorasi hingga seremoni difasilitasi sebaik – baiknya guna menyambut tamu yang
mulia. Maka selayaknya begitulah sikap kita dalam menyambut bulan Ramadhan.
Apa
yang perlu dipersiapkan ?
Rasulullah
Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala
dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR.
Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760). Pada hadits lain disebutkan pula,” Barangsiapa
beribadah (menghidupkan) bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, maka
Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR Bukhari dan Muslim).
Dari sini kita tahu bahwa IMAN adalah hal yang paling
penting untuk disiapkan. Iman adalah tasdiqul jazm muthabi’ lil waqi’ an
dalilin atau pembenaran yang pasti (tasdiqul jazm), yang sesuai dengan
kenyataan yang muncul (muthabi’ lil waqi’) dari adanya dalil/bukti (an dalil).
Bersifat pasti artinya 100% keyakinannya tanpa adanya
keraguan sedikitpun. Sesuai dengan fakta maksudnya hal yang diimani tersebut
memang benar-benar adanya dan sesuai dengan fakta, bukan diada-adakan. Misalnya
keberadaan Allah, kebenaran Al Qur'an, wujud malaikat dan lain-lain. Muncul
dari suatu dalil artinya keimanan tersebut memiliki hujjah/dalil tertentu (baik
dalilnya bersifat aqliy/rasional dan dalil naqli/dari wahyu).
Berpuasa atas dasar iman yaitu berpuasa karena meyakini akan
kewajiban puasa merupakan perintah Allah ta’ala dan Rasul – Nya. Sedangkan yang
dimaksud ihtisab adalah mengharap pahala dari Allah ta’ala. Kalau seseorang
mendasari puasanya karena dasar iman, mengharap pahala dan ridho, maka tentu
hatinya semakin tenang, lapang dan bahagia. Ia pun akan bersyukur atas nikmat
puasa Ramadhan yang ia dapati tahun ini.
Hatinya tentu tidak merasa berat dan susah ketika menjalani
puasa. Sehingga ia pun terlihat berhati ceria dan berakhlak yang baik. Hadits
di atas juga menunjukkan bolehnya kita mengharap pahala atau balasan dari Allah
ta’ala ketika menjalani suatu ibadah, itu tidak mengapa. Dan itulah yang
disebut ikhlas.
Hal lain setelah iman yang harus dipersiapkan adalah ILMU.
Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,“Barangsiapa melakukan suatu
amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim
no. 1718).
Agar puasa ataupun amal
ibadah lain di bulan Ramadhan dapat bernilai pahala, maka perbuatan tersebut
harus dilaksanakan secara ikhlas lilahi ta’ala dan dilakukan dengan benar
sesuai tuntunan Allah dan Rasulullah. Maka disinilah pentingnya ilmu sebelum
amal agar senantiasa beramal sesuai tuntunan.
Maka benarlah Rasul Shalallahu
Alaihi wa Sallam yang telah bersabda yang
artinya, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim” (HR. Ibnu Majah
no. 224) atau di hadits lain disebutkan,“Berilmulah
sebelum kamu berbicara, beramal, atau beraktivitas” (HR Ibnu
Majah).
Sementara qoul (perkataan ulama) yang populer disebutkan,”
“Barangsiapa yang menginginkan kebahagian dunia, maka tuntutlah ilmu dan
barang siapa yang ingin kebahagian akhirat, tuntutlah ilmu, dan barangsiapa
yang menginginkan keduanya, tuntutlah ilmu pengetahuan”.
Maka sebelum Ramadhan datang hendaknya me-refresh pengetahuan tentang puasa
atau fiqh puasa, mulai syarat sahnya puasa, rukun puasa, hal – hal yang
membatalkan puasa serta sunah – sunah dalam berpuasa. Agar puasa kita terjaga
dari hal yang membatalkannya serta maksimal dengan menjalankan sunah –
sunahnya.
Hal lain yang perlu disiapkan adalah membiasakan beramal shalih. Ada sebuah
doa yang diajarkan saat menjelang bulan Ramadhan, yakni Allahumma bariklana fi rajaba wa sya'bana wa balighna
ramadhan artinya "Ya Allah,
berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta sampaikanlah kami ke bulan
Ramadhan".
Sebagaimana seorang
ulama Abu Bakr Al Balkhi berkata, “Bulan Rajab saatnya menanam. Bulan Sya'ban
saatnya menyiram tanaman dan bulan Ramadhan saatnya menuai hasil.”
Hal ini mengajarkan bahwa
bulan Rajab dan Sya’ban adalah masa – masa persiapan menemui Bulan Ramadhan.
Sejak bulan Rajab kita tanam kebiasaan baik atau amal shalih, bulan sya’ban
diistiqomahkan sehingga saat bulan Ramadhan kita bisa memanen kebiasaan beramal
shalih sehingga menjadi ringan dalam beramal.
Sebagaimana
sebuah tim sepak bola yang hendak terjun dalam turnamen penting, maka
diperlukan persiapan dalam bentuk training center agar dapat tampil
maksimal dalam kompetisi yang akan diikuti. Meraka melatih kemampuan menendang,
mengumpan, menyundul, mengeksekusi pinalti ataupun tendangan bebas. Itu semua
disiapkan agar mampu optimal menyelesaikan peluang emas saat pertandingan. Maka
selayaknya begitupula sikap seorang muslim dalam bersiap menyelesaikan
banyaknya peluang emas meraih pahala di Bulan Ramadhan.
Maka di bulan (rajab) dan sya’ban yang tinggal sepekan ini kita biasakan
beramal shalih agar saat ramadhan kita sudah nyaman melakukannya. Sebagaimana
kata pepatah bisa ala biasa.
Banyak pilihan amal shalih yang bisa dikerjakan, mulai puasa sunah karena
sungguh Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam banyak
melakukan puasa sunnah di bulan sya’ban. Boleh pula memperbanyak banyak membaca
Al Qur’an, atau memperbanyak shalawat karena di Bulan sya’ban ini turun
perintah untuk bershalawat sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Ahzab ayat 56 yang artinya, “Sesungguhnya Allah
dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang
beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh
penghormatan kepadanya.”
Boleh pula beramal
memperbanyak infaq dan shadaqoh sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para
ulama masa lalu. Namun yang terpenting adalah membayar hutang puasa tahun
kemarin secara tuntas sebelum Ramadhan tahun ini hadir !
Khatimah
Islam adalah agama yang
sempurna yang memberi petunjuk tentang tata hubungan dengan Allah ta’ala, tata
hubungan dengan sesama manusia serta tata hubungan mengelola hak diri pribadi.
Maka beramal shalih di Bulan Ramadhan maupun di luar Bulan Ramadhan bukan hanya
tentang amal ibadah mahdoh an sich, namun juga kebiasaan perbuatan baik
yang senantiasa sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya dalam hubungan dengan
sesama manusia. Begitu pula dalam pengelolaan diri, pilihan pakaian, makanan
yang dikonsumsi, tata cara istirahat dan lain sebagainya senantiasa sesuai
tuntunan yang diajarkan dalam agama Islam.
Posting Komentar untuk "BERSIAP MENEMUI RAMADHAN"