Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PEDULI SESAMA

Salah satu keistimewaan Islam dibandingkan agama lain adalah Islam mewajibkan pemeluknya agar senantiasa peduli dengan sesamanya, baik di kalangan sesama muslim maupun sesama manusia. Bahkan kepedulian ini tetap ditekankan walau seorang muslim sedang memikirkan urusan pribadinya.

Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,“Barangsiapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barangsiapa yang tidak takut kepada Allah maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak perhatian dengan urusan kaum muslimin semuanya maka dia bukan golongan mereka” (HR. Al-Hakim dan Baihaqi).

Maka Sungguh Maha Benar Allah ta’ala yang telah mensyariatkan sejumlah hal sebagai bentuk nyata kepedulian seorang muslim pada sesamanya. Islam telah memerintahkan seorang muslim untuk Ta’awwun atau saling membantu, yang kuat membantu yang lemah, si kaya menolong si miskin dan seterusnya. Sebagaimana Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam  bersabda yang artinya, “Allah akan terus menolong seorang hamba selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya.” (HR. Bukhari).

Bentuk kepedulian lain adalah saling mendoakan antar sesama manusia sebagai bentuk amal paling ringan dari perbuatan membantu sesama. Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya, “Jika seorang Muslim mendoakan saudaranya dari kejauhan, maka malaikat akan mengucapkan: ‘Amin, dan bagimu sepertinya,” (HR. Muslim).

Islam juga memiliki syariat Zakat, infaq dan shadaqah. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At Taubah : 60)

Adapun amal lain yang merupakan bentuk kepedulian pada sesama adalah amal saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Allah ta’ala berfirman yang artinya,”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Terjemah QS. Al Asr : 1-3)

Imam Asy Syafi’i menerangkan tentang surat ini, bahwa seandainya setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka.[Tafsir Ibnu Katsir 8/499]. Sungguh surat ini telah cukup bagi manusia untuk mendorong mereka agar memegang teguh agama Allah dengan beriman, beramal sholih, berdakwah kepada Allah, dan bersabar atas semua itu.

Bukanlah maksudnya manusia cukup merenungkan surat ini tanpa mengamalkan syari’at yang lain. Namun seorang yang berakal apabila mendengar atau membaca surat ini, maka ia pasti akan berusaha untuk membebaskan dirinya dari kerugian dengan cara menghiasi diri dengan empat kriteria yang tersebut dalam surat ini, yaitu beriman, beramal shalih, saling menasehati agar menegakkan kebenaran (berdakwah) dan saling menasehati agar bersabar.

Ada banyak seruan lain dari Allah ta’ala maupun dari Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam yang memerintahkan manusia untuk melaksanakan amal saling menasehati atau amar ma’ruf nahi munkar. Diantaranya QS Al Fushillat : 33 dimana Allah ta’ala berfirman yang artinya ,Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"

Dalam ringkasan tafsir Kementerian Agama RI disebutkan tentang ayat ini bahwa ayat-ayat tersebut memberikan pujian terhadap orang yang menyeru ke jalan Allah. Dan siapakah yang lebih baik perkataannya di antara manusia, daripada orang yang menyeru kepada Allah agar manusia tidak melakukan kemusyrikan, dan selalu gemar mengerjakan kebajikan dan berkata dengan penuh keyakinan, 'sungguh, aku termasuk ke dalam kelompok orang-orang muslim yang berserah diri'.

Orang seperti itulah orang yang terbaik. Dan dengan demikian tidaklah sama antara kebaikan dan pelaku kebaikan itu dengan kejahatan dan pelaku kejahatan itu. Oleh sebab itu, tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, dalam arti sebaik-baiknya.

Seruan kebaikan ini ditujukan yang utama pada keluarga kita, sebagaimana Allah ta’ala berfirman yang artinya,”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim : 6)

Ayat ini memerintahkan orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya serta melaksanakan syariatnya untuk melindungi dirinya dengan melaksanakan apa yang Allah perintahkan kepada mereka dan meninggalkan apa yang Allah larang, serta melindungi keluarga dengan amal yang sama agar terbebas dari api neraka.

Selain ditujukan pada individu dan keluarga, seruan kebaikan juga ditujukan pada kaum muslimin atau ummat secara umum. Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam menyampaikan,”Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya.

Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.” Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu.” (HR. Bukhari no. 2493).

Pesan universal dari Hadits di atas adalah, Nabi menghendaki, ending perjalanan kapal itu dapat berlabuh di dermaga dengan selamat, maka segenap upaya dikerahkan agar kapal tak karam di tengah samudra. Analogi dalam hadits di atas mengantarkan kita pada satu titik yang terang tentang pentingnya amar ma’ruf nahi munkar. Saling menasehati dalam kebaikan. Tidaklah sesorang muslim yang berada dalam suatu komunitas masyarakat membiarkan seseorang melakukan kemungkaran, padahal ia mampu mencegah, karena hal itu akan merusak atau menghancurkan kondisi masyarakat secara umum.

 

Khatimah

Semua bentuk kepedulian di atas merupakan representasi riil bahwa setiap muslim bersaudara (QS. Al Hujurat :10). Namun seorang muslim juga diperintahkan untuk peduli pada non muslim (yang tidak memerangi Islam dan kaum muslimin) karena Agama ini adalah agama yang mendatangkan rahmat bagi seluruh alam (QS. Al Anbiya : 107).

Maka adalah hal yang tidak aneh jika seorang muslim menolong koleganya dari kalangan non muslim yang berada dalam kesulitan. Baik memberikan pertolongan secara materi ataupun secara fisik maupun bantuan non materi berbentuk nasehat tentang kebenaran Islam.

Wallahu a’lam bi ashowab

Posting Komentar untuk "PEDULI SESAMA"