Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teladan Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam dalam Dakwah

 Mencintai Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam adalah bagian dari keimanan. Realisasinya adalah mengikuti dan meneladani beliau dalam kehidupan sehari hari, baik dalam aspek ritual maupun sosial.

Salah satu hal yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam adalah kepedulian dengan sesama muslim dalam bentuk amar ma’ruf nahi munkar. Saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Sebagaimana tercermin dalam sejumlah ayat berikut :

Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".(Terj. QS. Yusuf : 108)

Pada tafsir Al Madinah Al Munawarah dijelaskan tentang ayat ini bahwa, “Hai Rasulullah, katakanlah kepada mereka: “Dakwah kepada pengesaan Allah merupakan jalan dan sunnahku, aku dan orang-orang yang mentaati dan mengikuti sunnahku menyampaikan dakwah ini dengan hujjah yang kuat. Aku menyucikan Allah dari segala yang tidak pantas dengan keagungan dan kebesaran-Nya, dan aku mengesakan-Nya dalam ibadah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.”

Allah ta’ala juga berfirman dalam QS Al Ashr :

wal-‘aṣr. innal-insāna lafī khusr. illallażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa tawāṣau bil-ḥaqqi wa tawāṣau biṣ-ṣabr. Yang artinya Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Pada Al-Arbain An-Nawawiyah juga tercantum hadits ke 34, yang artinya

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Ulama berpendapat bahwa pekerjaan para Rasul adalah berdakwah menyampaikan risalah pada ummatnya. Dan hal ini juga diwajibkan pada semua kaum muslimin.

Kewajiban dakwah bukan hanya dibebankan pada ulama, ustadz, mubaligh dan semacamnya. Dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim. Menyerukan kebaikan sesuai standar agama islam, seraya mencegah kemungkaran dalam perpektif agama Islam. Beban kewajiban yang dilaksanakan sesuai kemampuan setiap orang, ada yang berdakwah dengan lisannya, boleh pula berbentuk tulisan, membantu dengan harta, menolog dengan tenaga dan lain sebagainya. Setidaknya berdakwah pada keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Allah ta’ala berfirman, ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (TQS. At Tahrim : 6)

Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda tentang pentinya menjaga komunitas masyarakat, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: “Perumpamaan orang yang bertahan pada batas-batas hukum Allah dan orang yang jatuh di dalamnya (melanggar) adalah seperti sekelompok orang yang berlayar dengan sebuah kapal. Sebagian dari mereka mendapat tempat di bagian bawah dan sebagian lagi di bagian atas perahu. Orang yang berada di bawah perahu bila mencari air untuk minum, mereka harus melewati orang-orang yang berada di atas sehingga mengganggu orang yang berada di atas. Lalu salah seorang yang berada di bawah mengambil kapak untuk membuat lubang di bawah kapal. Orang-orang yang berada di atas mendatanginya dan berkata: “Apa yang kamu lakukan?” Orang yang di bawah itu berkata: “Kalian telah terganggu olehku sedangkan aku sangat memerlukan air”. Bila orang yang berada di atas itu mencegahnya dengan tangan mereka , maka mereka telah menyelamatkan orang tadi dan menyelamatkan diri mereka sendiri, namun apabila mereka membiarkan saja berarti dia telah membinasakan orang itu dan diri mereka sendiri”. (HR. Bukhari)

Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam pun mecontohkan secara faktual tentang amal dakwah. Sungguh Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam adalah seorang dai yang handal. Obyek dakwah beliau menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Tua muda, kaya miskin, semuanya menjadi obyek dakwah Rasul. Sebagian dari mereka adalah orang yang pernah terjerumus dalam kejahiliyahan amat parah, namun berkat sentuhan dakwah Rasul saw para sahabat rasul menjadi orang – orang hebat yang berkontribusi besar untuk dakwah islam.

Ahmad Rifai dalam tulisannya di Republika mencatat ada beberapa resep dakwah Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam yang layak diteladani. Pertama, Berdakwah dengan ikhlas dan tulus. Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah mengajak untuk kepentingan pribadi, suku ataupun golongan serta atribut duniawi lainnya. Dakwah beliau murni mengajak manusia untuk taat pada Allah ta’ala. Bukan pada kelompok atau kepentingan perorangan.

Keikhlasan ini yang mengundang pertolongan Allah. Seberat apapun masalah datang menghadang selalu ada jalan keluar. Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam  menjalankan dakwahnya dengan kesabaran dan optimis, meski tantangan yang menghadang tidak berbilang jumlahnya.

Kedua, Konten dan Cara. Semua yang disampaikan oleh Rasulullah hanyalah wahyu dari Allah ta’ala. Sebagaiman disebutkan dalam QS An Najm : 4 “In huwa illā waḥyuy yụḥā” yang artinya “ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”

Dalam menyampaikan dakwahnya, Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam melakukan secara bertahap dan mendahulukan yang lebih penting. Hal utama dan pertama beliau sampaikan adalah masalah keimanan (aqidah). Ibarat bangunan keimanan adalah pondasi. Semakin kuat pondasi maka semakin kuat dan kokoh bangunan berdiri. Selanjunyat dengan keimanan tersebut, manusia diajak berkomitmen dengan mengikuti tuntunan hidup dari beliau dalam bentuk hukum – hukum agama (syariat). Baik dalam urusan Hablum min Allah maupun Hablum min an naas.

Ketiga, Berdakwah dengan lembut. Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam  menyampaikan nasehat – nasehatnya dengan disertai akhlaq yang mulia. Tutur katanya menyejukkan. Namun kelembutan Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam adalah kelembutan yang sempurna. Beliau lembut namun tegas !

Tidak pernah Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam mengubah hukum atau ketetapan Allah ta’ala karena alasan kelembutan atau kemaslahatan. Bahkan Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda yang artinya, “Wahai manusia, sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah jika ada orang yang mulia (memiliki kedudukan) di antara mereka yang mencuri, maka mereka biarkan (tidak dihukum), namun jika yang mencuri adalah orang yang lemah (rakyat biasa), maka mereka menegakkan hukum atas orang tersebut. Demi Allah, sungguh jika Fatimah binti Muhammad mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya” (HR. Bukhari dan Muslim).


Khatimah

Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam telah wafat 1.400 tahun yang lalu. Namun ajarannya senantiasa eksis hingga akhir jaman dan dapat di akses oleh siapapun dan kapanpun. Maka kembali pada diri masing – masing, Benarkah kita mencintai Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam ?!

Mari bersama – sama meneladani beliau dalam semua aspek kehidupan sesuai kondisi masing – masing. Wallahu a’lam bi ashowab.

Posting Komentar untuk "Teladan Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam dalam Dakwah"