ISTIQLAL
Selama ratusan tahun negeri
ini secara keseluruhan atau sebagian wilayahnya dijajah oleh sejumlah negara
(barat), seperti Belanda, Inggris, Perancis, Spanyol dan Portugal serta Jepang.
Selama itu pula perjuangan pembebasan negeri dilakukan oleh para pejuang dengan
berbagai cara. Hingga Allah ta’ala memberikan wasilah berupa kekalahan Jepang
pada Perang Dunia II yang memberikan momen bagi rakyat negeri ini untuk mendeklarasikan
kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Mengutip situs MUI Pusat, Kemerdekaan berasal dari
kata “al-Istiqlal”. Sementara dalam
padanan kata bebas kemerdekaan juga disebut dengan istilah “al-Hurr” dan bentuk kata kerjanya adalah “al-Hurriyah”.
Menurut Ibnu Asyur dalam bukunya “Maqasid al-Syariah
al-Islamiyah”, al-Hurriyah memiliki
dua makna. Makna yang pertama adalah
kemerdekaan lawan dari perbudakan, dan makna kedua kemerdekaan adalah kemampuan untuk mengatur diri sendiri dan
urusannya sesuka hati tanpa ada tekanan pihak lain (berdaulat).
Al Quran tidak secara
tersurat menyebutkan kata kemerdekaan, namun secara tersirat setidaknya ada
beberapa ayat yang berbicara tentang kemerdekaan.
Pertama, kisah perjalanan
spritual Nabi Ibrahim Alaihissalam dalam mencari Tuhan. Pada QS Al An’am ke 79
dikatakan : Innī wajjahtu waj-hiya
lillażī faṭaras-samāwāti wal-arḍa ḥanīfaw wa mā ana minal-musyrikīn yang
artinya Sesungguhnya aku menghadapkan
diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada
agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan. Perjalanan spiritual tersebut merupakan upaya Nabi Ibrahim untuk
membebaskan hidupnya dari keyakinan yang diyakininya keliru, yaitu keyakinan
nenek moyangnya menyembah berhala.
Kedua, kisah Nabi Musa Alaihissalam
ketika membebaskan bangsanya dari penindasan Fir’aun. Disebutkan dalam QS
Ibrahim : 6 yang artinya,”Dan (ingatlah),
ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika
Dia menyelamatkan kamu dari (Fir'aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa
kamu dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu,
membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang demikian itu ada cobaan
yang besar dari Tuhanmu".
Ketiga, kisah keberhasilan
Nabi Muhammad Shalallahu Laihi wa Sallam dalam mengemban misi kenabian di muka
bumi. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,”Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa
terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Maidah: 3).
Kemerdekaan merupakan
salah satu karunia besar dari Allah ta’ala kepada hamba-Nya. Ia merupakan ni’mat utama
sesudah ni’mat keimanan. Islam menekankan bahwa hakikat kemerdekaan sejati
adalah ketika seseorang mampu memerdekakan dirinya dari segala bentuk
perbudakan selain kepada Allah Ta’ala. Dalam hal ini, kemerdekaan bukan hanya
soal lepas dari belenggu fisik, tetapi juga terbebas dari keterikatan pada hawa
nafsu, materi, serta tekanan sosial yang dapat menjauhkan manusia dari
Tuhannya.
Kemerdekaan dalam Islam adalah kebebasan yang terarah, dimana seorang
muslim memahami batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala. dalam Al Quran
dan sunnah. Maksudnya,
kemerdekaan bukan berarti bebas melakukan apa saja tanpa batas, tetapi bebas
dalam menjalankan syariat Islam tanpa paksaan dari pihak manapun. Seorang
muslim yang merdeka adalah mereka yang tidak terikat oleh apapun selain aturan
dan kehendak Allah SWT.
Dalam konteks sosial, kemerdekaan dalam Islam juga
menuntut umatnya untuk membebaskan diri dari kezaliman, baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap orang lain. Umat Islam diajarkan untuk memperjuangkan
keadilan, kebenaran, serta melawan segala bentuk tirani dan penindasan. Islam
memandang bahwa tidak ada perbedaan antara manusia kecuali dalam hal ketakwaan,
sehingga setiap bentuk diskriminasi atau penindasan harus dihapuskan.
Dengan demikian, makna kemerdekaan dalam Islam adalah kebebasan yang
sejati, yang hanya dapat dicapai dengan tunduk sepenuhnya kepada Allah Ta’ala Tuhan
semesta alam. Kemerdekaan bukan sekadar kebebasan fisik dari penjajahan, tetapi
juga mencakup kebebasan spiritual, intelektual, dan sosial yang sesuai dengan
tuntunan syariat.
Seorang Muslim yang merdeka adalah mereka yang mampu menjalankan hidupnya
dengan penuh ketaatan kepada Allah Ta’ala, dan dengan itulah mereka mencapai
kebahagiaan dan kemuliaan yang hakiki. Adalah
suatu ironi sebagai bangsa yang berjuang berabad-abad mengusir para penjajah
seperti; Belanda, Inggris, Portugis, dan Jepang dengan semangat takbir
Allahu Akbar, lalu saat meraih kemerdekaan justru membesarkan paham kesyirikan,
materialisme, kapitalisme, sekulerisme, individulisme, hedonisme, serta
pergaulan bebas dalam kehidupan sehari – hari.
Seorang manusia, menurut
pandangan syariah, barulah akan disebut merdeka bilamana ia sadar dan berusaha
keras memposisikan dirinya selaku hamba Allah swt saja dalam segenap
dimensi dirinya, baik penciptaan, penghambaan, kecintaan, perasaan maupun perilaku.
Seorang manusia belumlah merdeka jika ia masih menghambakan dirinya kepada
selain Allah swt. Atau dengan kata lain, kemerdekaan seseorang atau
suatu bangsa sangat ditentukan pada seberapa besar upayanya menjadikan kalimat
tauhid laa
ilaaha illallah tegak bersamanya.
Inilah yang telah
di dakwahkan oleh Rasulullah saw dan segenap nabi dan
rasul lainnya sejak dahulu kala, sebagaimana firman Allah ta’ala yang
artinya: “Dan sungguhnya Kami telah
mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja),
dan jauhilah thaghut (sembahan selain Allah) itu” (QS An-Nahl :36)
Khatimah
Makna kemerdekaan dalam Islam adalah kebebasan
yang sejati, yang hanya dapat dicapai dengan tunduk sepenuhnya kepada Allah ta’ala.,
Sang Pencipta. Kemerdekaan bukan sekadar kebebasan fisik dari penjajahan,
tetapi juga mencakup kebebasan spiritual, intelektual, dan sosial yang sesuai
dengan tuntunan syariat.
Seorang muslim yang merdeka adalah mereka yang
mampu menjalankan hidupnya dengan penuh ketaatan kepada Allah ta’ala., dan
dengan itulah mereka mencapai kebahagiaan dan kemuliaan yang hakiki.
Posting Komentar untuk "ISTIQLAL"