Menuntut Ilmu Sepanjang Hayat
Para
orang tua berusaha keras memotivasi putra – putrinya agar bersemangat menutut
ilmu formal di bangku sekolah. Berbagai usaha dilakukan agar putra-putrinya
bisa gembira mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Namun terkadang sebagian
orang tua lupa bahwa kewajiban menuntut ilmu bukan hanya kewajiban bagi anak –
anak mereka, tetapi menuntut ilmu adalah kewajiban bagi seluruh muslim, lelaki
maupun perempuan, anak – anak, remaja hingga orang yang sudah sepuh.
Rasul
Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya, “Menuntut
ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim…” (HR. Ibnu Majah)
Maka selayaknya bagi para orang tua memahami bahwa orang tua bukan
hanya berkewajiban memfasilitasi dan mendorong putra – putrinya untuk menuntut
ilmu, namun juga harus tahu bahwa mereka
juga terkena taklif kewajiban
menuntut ilmu.
Menuntut ilmu itu wajib, terutama ilmu-ilmu bersifat fardu ‘ain,
seperti: ilmu fikih, ilmu akidah, tazkiyatunnafs (tasawuf). Lebih khusus bagi
muslim yang kaya memiliki tuntutan untuk memahami hukum zakat, bagi seorang pemimpin
masyarakat perlu tahu fiqh musyawarah dalam Islam serta contoh kepemimpinan Rasulullah
Shalallahu Alaihi wa Sallam dan seterusnya.
Setiap diri manusia memiliki status dan profesi yang berbeda,
maka selayaknya mereka menguasai ilmu agama yang berhubungan dengan
aktivitasnya sehari – hari, selain menguasai ilmu dasar tentang aqidah
(keimanan) dan fiqh ibadah fardhiyah.
Sebagian orang merasa terlalu tua untuk menuntut ilmu.
Pikiran sudah memiliki banyak beban. Jadwal bekerja yang padat. Tanggung jawab
keluarga yang besar dan setumpuk alasan lain yang memaklumkan diri untuk tidak
menuntut ilmu. Padahal sungguh sebagian ulama memulai belajar secara serius di
usia paruh baya dan beliau berhasil menjadi ulama yang faqih fiddin.
Imam Kisai, seorang ulama besar ahli nahwu dan qiro’ah baru
belajar di usia 40 tahun bahkan mampu menghapal lima permasalahan tiap hari.
Imam Izzuddin
bin Abdissalam yang dijuluki sulthanul ulama’ (rajanya ulama) belajar ilmu
fikih di usia sudah dewasa. Karena kesulitan ekonomi, Izzudin memilih
menimba ilmu daripada bekerja. Beliau akhirnya tinggal di tempat pengajian dan
ditugasi menata serta mempersiapkan majelis ilmu. Dengan kebiasaan itulah,
beliau akhirnya terbiasa mengikuti pengajian dan belajar secara
sungguh-sungguh.
Imam Hammad
bin Sulaiman, salah satu sosok berpengaruh di balik kealiman Imam Abu Hanifah
an-Nukman, yang kemudian menjadi pelopor keberadaan Mazhab Hanafiyah ini juga
dikenal sebagai tabi’in, orang-orang yang masih menjumpai sebagian
dari para sahabat nabi. Meski berlatarbelakang seorang budak, beliau
akhirnya dikenal sebagai salah satu pembesar para ulama (kibaru al-ulama) di
kota Naisabur. Imam Hammad bin Sulaiman adalah salah satu ulama yang masuk
dalam daftar telat belajar dan akhirnya berhasil menguasai cabang-cabang ilmu.
Menuntut ilmu
adalah salah satu kewajiban bagi seorang muslim, dan jika suatu perbuatan
diwajibakan maka niscaya ada banyak kebaikan di dalamnya. Allah ta’ala
berfirman yang artinya: “Hai
orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam
majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (TQS. Al Mujadillah : 11)
Kutipan ayat ini menerangkan bahwa betapa Allah akan
mengangkat derajat orang yang beriman yang menuntut ilmu beberapa kali lebih
tinggi daripada yang tidak menuntut ilmu. Isyarat ini menandakan bahwa dengan
ilmu lah manusia bisa menjadi lebih mulia, tidak dengan hartanya apalagi
nasabnya.
Sungguh ada
banyak ilmu yang bisa kita pelajari karena Allah ta’ala telah menyampaikan
dalam Al Qur’an yang artinya,“Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan
menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah
lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami
datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”
(TQS: Al-Kahfi: 109).
Rasulullah
Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam telah menyampaikan pada banyak haditsnya
bahwa para penuntut ilmu atau orang – orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan memiliki banyak keutamaan. Diantaranya
Dibukakan Pintu Surga
Sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam yang artinya,”Barang siapa pergi untuk
mencari ilmu yang dipelajarinya karena Allah, maka Allah akan membukakannya
pintu surga kepadanya dan malaikat mengembangkan sayap-sayapnya serta malaikat
langit meminta rahmat untuknya juga ikan-ikan di laut.” (HR
Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah)
Pada hadits lain disebutkan,“Barang siapa yang menempuh jalan untuk
mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699).
Penuntut Ilmu adalah
Teman Terbaik
“Dari Ibnu Abbas, ia berkata,”Ada orang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah teman-teman
berkumpul kami yang terbaik?” Beliau bersabda,”Orang yang dapat mengingatkan
kamu kepada Allah saat kamu melihatnya, pembicaraannya menambah ilmu kamu, dan
perbuatannya mengingatkan kamu kepada hari akherat.” (HR. Abu
Ya’la)
Didoakan oleh Rasul Shalallahu
Alaihi wa Sallam
Dari Zaid bin Tsabit mengatakan, “Saya mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Semoga
Allah memperindah orang yang mendengar hadits dariku lalu menghafal dan
menyampaikannya kepada orang lain, berapa banyak orang menyampaikan ilmu kepada
orang yang lebih berilmu, dan berapa banyak pembawa ilmu yang tidak berilmu.”
(HR. Abu Daud)
Pada hadits lain disebutkan bahwa Rasul Shalallahu Alaihi wa
Sallam mendoakan dan memintakan ampun bagi penuntut ilmu. Dari Abu Ad Darda` ia
mengatakan bahwa “Aku mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya akan memintakan ampun untuk
seorang alim makhluk yang di langit dan di bumi hingga ikan hiu di dasar laut.”
(HR. Majah)
Orang Terbaik
Dari Utsman bin Affan ia berkata; Nabi Muhammad Shalallahu
Alaihi wa Sallam bersabda: “Orang yang
paling utama di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Quran dan
mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Khatimah
Kewajiban mencari ilmu itu seharusnya difahami sebagai suatu proses
mencari ilmu sepanjang hayat dan tidak terbatas pada waktu atau umur tertentu. Imam Syafii
pernah menyebutkan bahwa jatuhnya seseorang itu ketia dia merasa hebat, maka
jika seseorang merasa alim dan berilmu, maka tunggulah saat kejatuhannya.
Imam Ahmad
pernah berkata bahwa kebaikan ilmu tiada tandingnya jika ilmu yang dicari
dimaksudkan untuk menghilangkan kebodohan, terutama kebodohan diri
terlebih dahulu. Inilah kemaslahatan terbesar bagi orang yang mencari ilmu,
yaitu mengoreksi kebodohannya diri sendiri.
Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,”Jadilah engkau (1) orang
berilmu, atau (2) orang yang menuntut ilmu, atau (3) orang yang mau
mendengarkan ilmu, atau (4) orang yang menyukai ilmu. Dan (5) janganlah engkau
menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka.” (HR. Baihaqi).
Posting Komentar untuk "Menuntut Ilmu Sepanjang Hayat"