Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menuntut Ilmu Sepanjang Hayat

 Pekan ini adalah awal pembelajaran tahun ajaran baru 2024/2025 bagi sebagian besar siswa dan siswi di tingkat TK, SD, SMP hingga SMA.  Libur akhir tahun telah usai dan kegiatan belajarpun aktif kembali.

Para orang tua berusaha keras memotivasi putra – putrinya agar bersemangat menutut ilmu formal di bangku sekolah. Berbagai usaha dilakukan agar putra-putrinya bisa gembira mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Namun terkadang sebagian orang tua lupa bahwa kewajiban menuntut ilmu bukan hanya kewajiban bagi anak – anak mereka, tetapi menuntut ilmu adalah kewajiban bagi seluruh muslim, lelaki maupun perempuan, anak – anak, remaja hingga orang yang sudah sepuh.

Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya, “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim…” (HR. Ibnu Majah)

Maka selayaknya bagi para orang tua memahami bahwa orang tua bukan hanya berkewajiban memfasilitasi dan mendorong putra – putrinya untuk menuntut ilmu, namun juga  harus tahu bahwa mereka juga terkena taklif kewajiban menuntut ilmu.

Menuntut ilmu itu wajib, terutama ilmu-ilmu bersifat fardu ‘ain, seperti: ilmu fikih, ilmu akidah, tazkiyatunnafs (tasawuf). Lebih khusus bagi muslim yang kaya memiliki tuntutan untuk memahami hukum zakat, bagi seorang pemimpin masyarakat perlu tahu fiqh musyawarah dalam Islam serta contoh kepemimpinan Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam dan seterusnya.

Setiap diri manusia memiliki status dan profesi yang berbeda, maka selayaknya mereka menguasai ilmu agama yang berhubungan dengan aktivitasnya sehari – hari, selain menguasai ilmu dasar tentang aqidah (keimanan) dan fiqh ibadah fardhiyah.

Sebagian orang merasa terlalu tua untuk menuntut ilmu. Pikiran sudah memiliki banyak beban. Jadwal bekerja yang padat. Tanggung jawab keluarga yang besar dan setumpuk alasan lain yang memaklumkan diri untuk tidak menuntut ilmu. Padahal sungguh sebagian ulama memulai belajar secara serius di usia paruh baya dan beliau berhasil menjadi ulama yang faqih fiddin.  

Imam Kisai, seorang ulama besar ahli nahwu dan qiro’ah baru belajar di usia 40 tahun bahkan mampu menghapal lima permasalahan tiap hari.

Imam Izzuddin bin Abdissalam yang  dijuluki sulthanul ulama’ (rajanya ulama) belajar ilmu fikih di usia sudah dewasa.  Karena kesulitan ekonomi, Izzudin memilih menimba ilmu daripada bekerja. Beliau akhirnya tinggal di tempat pengajian dan ditugasi menata serta mempersiapkan majelis ilmu. Dengan kebiasaan itulah, beliau akhirnya  terbiasa mengikuti pengajian dan belajar secara sungguh-sungguh.

Imam Hammad bin Sulaiman, salah satu sosok berpengaruh di balik kealiman Imam Abu Hanifah an-Nukman, yang kemudian menjadi pelopor keberadaan Mazhab Hanafiyah ini juga dikenal sebagai tabi’in, orang-orang yang masih menjumpai sebagian dari para sahabat nabi. Meski berlatarbelakang seorang budak,  beliau akhirnya dikenal sebagai salah satu pembesar para ulama (kibaru al-ulama) di kota Naisabur. Imam Hammad bin Sulaiman adalah salah satu ulama yang masuk dalam daftar telat belajar dan akhirnya berhasil menguasai cabang-cabang ilmu.

Menuntut ilmu adalah salah satu kewajiban bagi seorang muslim, dan jika suatu perbuatan diwajibakan maka niscaya ada banyak kebaikan di dalamnya. Allah ta’ala berfirman yang artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (TQS. Al Mujadillah : 11)

Kutipan ayat ini menerangkan bahwa betapa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman yang menuntut ilmu beberapa kali lebih tinggi daripada yang tidak menuntut ilmu. Isyarat ini menandakan bahwa dengan ilmu lah manusia bisa menjadi lebih mulia, tidak dengan hartanya apalagi nasabnya.

Sungguh ada banyak ilmu yang bisa kita pelajari karena Allah ta’ala telah menyampaikan dalam Al Qur’an yang artinya,“Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (TQS: Al-Kahfi: 109).

Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam telah menyampaikan pada banyak haditsnya bahwa para penuntut ilmu atau orang – orang yang beriman dan berilmu pengetahuan memiliki banyak keutamaan. Diantaranya

Dibukakan Pintu Surga

Sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam yang artinya,”Barang siapa pergi untuk mencari ilmu yang dipelajarinya karena Allah, maka Allah akan membukakannya pintu surga kepadanya dan malaikat mengembangkan sayap-sayapnya serta malaikat langit meminta rahmat untuknya juga ikan-ikan di laut.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah)

Pada hadits lain disebutkan,“Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699).

Penuntut Ilmu adalah Teman Terbaik

“Dari Ibnu Abbas, ia berkata,”Ada orang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah teman-teman berkumpul kami yang terbaik?” Beliau bersabda,”Orang yang dapat mengingatkan kamu kepada Allah saat kamu melihatnya, pembicaraannya menambah ilmu kamu, dan perbuatannya mengingatkan kamu kepada hari akherat.” (HR. Abu Ya’la)

Didoakan oleh Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam

Dari Zaid bin Tsabit mengatakan, “Saya mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Semoga Allah memperindah orang yang mendengar hadits dariku lalu menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain, berapa banyak orang menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan berapa banyak pembawa ilmu yang tidak berilmu.” (HR. Abu Daud)

Pada hadits lain disebutkan bahwa Rasul Shalallahu Alaihi wa Sallam mendoakan dan memintakan ampun bagi penuntut ilmu. Dari Abu Ad Darda` ia mengatakan bahwa “Aku mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya akan memintakan ampun untuk seorang alim makhluk yang di langit dan di bumi hingga ikan hiu di dasar laut.” (HR. Majah)

 

Orang Terbaik

Dari Utsman bin Affan ia berkata; Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Orang yang paling utama di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

 

Khatimah

Kewajiban mencari ilmu itu seharusnya difahami sebagai suatu proses mencari ilmu sepanjang hayat dan tidak terbatas pada waktu atau umur tertentu. Imam Syafii pernah menyebutkan bahwa jatuhnya seseorang itu ketia dia merasa hebat, maka jika seseorang merasa alim dan berilmu, maka tunggulah saat kejatuhannya.

Imam Ahmad pernah berkata bahwa kebaikan ilmu tiada tandingnya jika ilmu yang dicari dimaksudkan untuk menghilangkan kebodohan, terutama  kebodohan diri terlebih dahulu. Inilah kemaslahatan terbesar bagi orang yang mencari ilmu, yaitu mengoreksi kebodohannya diri sendiri.

Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya,”Jadilah engkau (1) orang berilmu, atau (2) orang yang menuntut ilmu, atau (3) orang yang mau mendengarkan ilmu, atau (4) orang yang menyukai ilmu. Dan (5) janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka.” (HR. Baihaqi).

Wallahu a’lam bi ashowab

Posting Komentar untuk "Menuntut Ilmu Sepanjang Hayat"