Lelah Yang Disukai Allah Ta'ala
Setiap hari manusia beraktivitas untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan jasmani (hajatul ‘udhowiyah) maupun kebutuhan naluri (ghariza). Terkadang aktivitas ini berlangsung secara terus menerus dan dalam waktu yang panjang. Sehingga menghadirkan kelelahan.
Kelelahan
adalah kondisi yang ditandai oleh adanya
keletihan, kejenuhan, ketegangan otot, perubahan dalam kebiasaan makan dan
tidur, serta secara umum tingkat energinya rendah. Suatu kondisi yang menguras
kondisi fisik bahkan terkadang mental sehingga terkadang menurunkan semangat
dalam beraktivitas.
Seorang muslim yang berada dalam kondisi lelah dan futur
seperti ini, hendaknya mengingat kembali kabar gembira dari Rasulullah Shalallahu
Alaihi wa Sallam yang artinya, “Setiap musibah yang menimpa mukmin, baik berupa wabah, rasa lelah,
penyakit, rasa sedih, sampai kekalutan hati, pasti Allah menjadikannya
pengampun dosa-dosanya.”
(HR Bukhari dan Muslim).
Kelelahan yang kita rasakan ternyata adalah wasilah terhapusnya dosa !
Bahkan ada sejumlah aktivitas yang melelahkan yang disukai
oleh Allah ta’ala, diantaranya :
Pertama. Lelah karena
mencari nafkah halal untuk keluarga.
Allah swt berfirman, “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.” (TQS. al-Jumū’ah:10)
Bahkan Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam menyampaikan, Barangsiapa
yang di waktu sore merasa capek karena bekerja dengan kedua tangannya dalam
mencari nafkah maka di saat itu diampuni dosa baginya. (HR
Thabrani)
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir
ra, Rasulullah Shalallahu Alaiahi wa Sallam menegaskan, "Sesungguhnya di
antara dosa itu ada dosa yang tidak dapat dihapus oleh sholat, puasa, haji, dan
umroh, tetapi dapat terhapus oleh lelahnya seseorang dalam mencari
nafkah."
Maka berbahagialah para Kepala Keluarga yang bersungguh
– sungguh mencari nafkah yang halal bagi keluarga yang menjadi tanggunganya
(istri, anak, orang tuanya yang sudah sepuh dll) karena kelelahannya dalam
bekerja adalah jalan penghapusan dosa.
Kedua. Lelah
karena mengurus keluarga.
Allah ta’ala berfirman, “Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (TQS.
at-Taḥrīm: 6)
Para ulama menjelaskan bahwa bagi seorang muslim
keluarga bahagia bukanlah keluarga bergelimangan harta, karena
berkeluarga bukan dalam rangka mengkapitasisasi kekayaan. Paradigma berkeluarga
seorang muslim berasal dari motivasi bahwa berkeluarga adalah sarana untuk
beribadah kepada Allah, menjaga kesucian diri, dan merealisasikan amal bahwa
berkeluarga adalah bagian dari sebuah gerakan menegakkan hukum-hukum Allah di
muka bumi. Membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah sesuai tujuan
sebuah pernikahan (QS. Ar Ruum : 21).
Maka kelelahan karena
repotnya mendidik istri dan anak insya Allah akan terbayarkan dengan terbebasnya
keluarga dari api neraka dan bersama sekeluarga di surga.
Ketiga. Lelahnya orang
yang mengandung, melahirkan dan menyusui anak.
Allah ta’ala
berfirman, Dan Kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.” (TQS. Luqmān:14)
Berbahagialah para muslimah yang diberi anugerah Allah ta’ala
keturunan dari rahimnya sendiri. Ia diberi kesempatan meraih pahala yang besar
karena berat dan lelahnya mengandung, melahirkan, menyusui dan mendidik putra
putrinya.
Keempat. Lelahnya orang
yang dalam kesusahan, kekurangan dan sakit.
Allah ta’ala
berfirman, “Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar.” (TQS. Al-Baqarah:155)
Setiap hamba akan diuji oleh Allah dengan berbagai bentuk
ujian, dimana berat ringan ujian tersebut sesuai dengan kemampuan dan keimanan
hamba – hambanya. Ada kalanya ujian datang dalam bentuk kemudahan, namun tidak
jarang ujian hadir dalam bentuk kesusahan, kekurangan atau penyakit. Namun
semua itu adalah cara Allah ta’ala yang menghapus dosa hambaNya agar kelak
setiap muslim menghadap pada khaliq dalam kondisi bersih tanpa dosa.
Kelima. Lelahnya orang
yang belajar dan menuntut ilmu.
Allah ta’ala
berfirman,” “Niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (TQS. Al Mujadalah: 11)
Setiap hari manusia beraktivitas untuk memenuhi kebutuhannya.
Semua proses tersebut memerlukan pengetahuan. Ketika hendak menuju suatu tempat
kita perlu tahu lokasi dan rutenya, maka terkadang dibutuhkan gps untuk
membantu kita menuju tujuan. Saat berkendara kita perlu tahu caranya mengedarai
kendaraan sehingga perlu belajar untuk berkendaraan. Saat hendak makan kita
harus tahu makanan halal dan haram untuk memastikan hanya makannan halal yang
masuk dalam perut. Semuanya butuh ilmu.
Rasul saw pernah berpesan, “Barang siapa menginginkan
kebahagiaan didunia dan akherat maka haruslah memiliki banyak ilmu.”
(HR. Ibnu Asakir).
Pada
hadits lain disebutkan “Siapa yang menempuh jalan untuk
mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim
Maka
hendaklah kita meringankan kaki untuk hadir di majelis – majelis ilmu karena
kelelahan dalam menuntut ilmu adalah salah satu hal yang dicintai oleh dan
merupakan salah satu jalan menuju surga.
Keenam. Lelahnya orang
yang beribadah dan beramal soleh.
Allah ta’ala
berfirman, “Demi masa,
Sesungguhnya Manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (TQS. Al ‘Ashr: 1-3)
Ilmu bukan hanya untuk dipelajari atau diketahui belaka namun
juga untuk diamalkan dalam aktivitas sehari – hari. Amal shaleh berdasarkan
ilmu dan iman itulah akan menjadikan seorang muslim sebagai orang yang
beruntung sebagaimana disebutkan dalam surat Al ashr di atas.
Ketujuh. Lelahnya orang
yang berdakwah dan menyeru pada kebaikan.
Alah ta’ala
berfirman, “Dan siapakah
yang paling baik perkataanya dari pada orang yang menyeru kepada Allah dan
mengerjakan kebajikan dan berkata: sungguh aku termasuk orang-orang muslim yang
berserah diri” (TQS. Fussilat: 33)
Berilmu dan beramal sholeh belumlah cukup. Seorang muslim
wajib saling peduli dengan sesamanya, maka hendaknya ia menyebarkan ilmu dan
mengajak orang lain untuk bersama – sama beramal shalih. Saling menasehati
dalam kebaikan dan kesabaran. Bersama – sama menegakka aqidah dan hukum islam
di muka bumi di sepanjang hayat.
Kedelapan. Lelah
berjuang di Jalan Allah.
Allah ta’ala berfirman,” “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan
harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan
Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar
dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih
menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang
telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (TQS.
at-Taubah: 111)
Posting Komentar untuk "Lelah Yang Disukai Allah Ta'ala"